Sabtu, 20 Oktober 2012


MELAHIRKAN KEMBALI INDONESIA RAYA
(Sebuah Lintani* buat guru bangsa)
Oleh Prof Dr H Winarno Surakhmad, M.Sc. Ed
1.      (DI KELAHIRANNYA)
Sampai kemarin,
Ketika… semua babi rusa,
Komodo dan badak cula,
            Hidup terlindung petaka
            Dalam satu undang-undang
Guruku malang,
Sebagai malaikat yang tirakat
Hidup penuh hampa:
            Tanpa perlindungan
Sepenggal undang-undang
2.      ( DI DUNIANYA)
Tanpa sebuah kepalsuan
Semua guru meyakini
Guru artinya ibadah.

Tanpa sebuah kemunafikan
Semua guru berikrar
Mengabdi kemanusiaan.

Tapi dunianya… ternyata tuli
Setuli batu… tak berhati.

Otonominya, kompetensinya, profesinya,
hanya sepuhan pembungkus rasa getir.
            Tarkala dunianya tidak bersahabat,
Tidak mungkin menjadi guru yang Guru,
Hingga ketika guru syuhada,
Tiada tempat di makam pahlawan!
3.      (DI HATI KECILNYA)
Dengan sikap terbata-bata
Dengan suara tersendat-sendat
            Dengan hati tersumbat darah
            Guru bertanya dalam gumam:
            Mungkinkah berharap yang terbaik
            Dalam kondisi yang terburuk?
Bolehkah kami bertanya
Apa artinya bertugas mulia
            Ketika kami hanya terpinggirkan
            Tanpa ditanya tanpa disapa?
Kapan sekolah kami
lebih baik dari kandang ayam!
            Kapan pengetahuan kami
bukan ilmu kadaluwarsa!
                        Mungkinkah berharap yang terbaik
                        Dalam kondisi yang terburuk?
Kenapa… ketika orang menangis
Kami harus tetap tertawa?!
Kenapa… ketika orang kekenyangan
Kami harus tetap kelaparan?!

Bolehkah kami bermimpi,
Didengar ketika bicara,
Dihargai layaknya manusia,
Tidak dihalau ketika bertanya?
                        Tidak mungkin berharap yang terbaik
                        Dalam kondisi yang terburuk
4.      (DI BATU NISANNYA)
Di sejuta batu nisan guru tua
Yang terlupakan oleh sejarah.
Terbaca torehan darah kering:
            “disini…  terbaring seorang guru tua
             Semampu … membaca buku usang
            Sambil belajar… menahan lapar
            Hidup sebulan… dengan gaji sehari”
Itulah nisan sejuta guru tua
Yang terlupakan oleh sejarah.

Kematiannya tak ditangisi,
Tiada bunga, tiada meriam,
Tiada doa, tiada… in memoriam!

Tanpa bendera setengah tiang,
Sedetikpun sekolah tidak libur:
Hanya… seorang guru… berlalu.
            Seorang guru tua
            Dari sejuta pelaku sejarah.
5.      (DI MATA BANGSANYA)
Bangkitlah, bangkitlah guruku
Kehadiranmu tidak tergantikkan.
Biarlah dunia ini menjadi saksi:
            Kau bukan guru negeri
            Kau bukan guru swasta
            Kau adalah GURU BANGSA!!!
Kalau engkau mau, kalau saja engkau mau
Memberikan yang terbaik dan hanya yang terbaik;…
Kalau saja engkau mau
            Memanusiakan manusia,
            Membudayakan bangsa,
            Mengindonesiakan nusantara:
            Satu generasi di tanganmu
            Seagung sebuah Maha Karya
            Satu besok menunggumu
            Indah dari seribu kemarin!
Maha Guru bangsa ini:
Sekaranglah waktunya

(Tooken from: Buku Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Karangan Dr.E Mulyasa, M.Pd)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar